Beranda | Artikel
Pintu dari Pintu-Pintu Surga
Sabtu, 19 Januari 2013

PINTU DARI PINTU-PINTU SURGA

Kisah Nyata Perjalanan Tobat Da’i Penderita Lumpuh Total
Berbicara tentang berbakti kepada kedua orang tua, sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.Kebaikan apapun yang telah kita ucapkan dan yang telah kita lakukan untuk kedua orang tua kita, belumlah sebanding dengan hak mereka.

Siapa di antara kalian yang ingin menjadi lumpuh sepertiku? Aku telah tanyakan pertanyaan ini kepada banyak orang. Aku yakin, Anda tidak ingin menjadi lumpuh sepertiku ini. Kalau aku gatal, aku tidak bisa menggaruk sendiri. Aku tidak bisa menjamah makanan dan minuman di hadapanku. Aku seperti kursi, tapi kursi yang bernyawa. Bahkan kursi mungkin lebih bermanfaat dariku. Kursi bisa diduduki untuk melepas lelah. Sedangkan aku justru membuat repot dan melelahkan orang lain. Kalau lapar dan haus, aku butuh orang untuk menyuapiku. Aku juga butuh orang untuk membersihkanku.

Pada suatu hari datanglah ke rumahku 25 anak remaja yang tidak memiliki ayah dan ibu. Mereka tinggal di satu asrama. Selesai menjengukku, mereka berpamitan untuk pulang dan keluar meninggalkan rumah. Namun ada satu anak yang masih berada di ujung pintu. Ia berbalik dan menghampiriku sambil menangis meneteskan air mata. Ia mencium tanganku dan mencium kepalaku sambil berkata, “Wahai Ustadz Abdullah, aku ingin menjadi lumpuh sepertimu.” Aku menasehatinya agar jangan berkata  sembarangan dan menjelaskan tidak enaknya menjadi orang yang lumpuh dan agar dia bersyukur dengan nikmat kesehatan yang Allah berikan.

Aku penasaran dan ingin tahu apa masalah yang sedang dihadapinya sehingga ia ingin menjadi lumpuh. Aku yakin setiap manusia mempunyai problem dan masalah kehidupan yang berbeda-beda. Meskipun demikian aku pikir tidak ada seorangpun yang memilih untuk menjadi lumpuh. Ketika aku tanyakan alasannya, anak itu menjawab, “Demi Allah, wahai Ustadz Abdullah, hendaklah Anda bersyukur kepada Allah. Sebab, meskipun Anda lumpuh tapi Anda masih memiliki ayah dan ibu. Sedangkan aku dan teman-temanku lainnya semuanya tidak memiliki ayah dan ibu. Kami tidak tahu siapa ayah kami? Kami tidak tahu siapa ibu kami, siapa paman dan bibi kami? Ketika hari raya tiba, hati kami diliputi kesedihan. Ketika manusia berkumpul dengan orang tua mereka, maka kami menangis di asrama.”

Apakah Anda bersyukur kepada Allah atas nikmat keberadaan orang tua di tengah-tengah Anda? Aku berpesan agar Anda berbakti kepada orang tuamu, karena ayah dan ibu merupakan pintu dari pintu-pintu surga.

Aku mempunyai seorang teman yang bekerja sebagai petugas keamanan di panti jompo. Ia bercerita ada seseorang yang datang dengan membawa ibunya dan meninggalkannya di panti jompo karena sudah tidak sanggup untuk merawatnya.

Waktu aku dirawat di rumah sakit, ada seorang kakek dirawat terkena stroke dan lumpuh. Ia tidak bisa berjalan maupun berbicara. Keluarganya tidak ada yang menengoknya. Setahun kemudian, ia mulai bisa berjalan dan bisa berbicara. Pihak Rumah Sakit segera menelpon anaknya dan memintanya untuk menjemput ayahnya serta membawanya pulang karena keadaan ayahnya sudah membaik. Si anak mengatakan ia akan segera menjemput ayahnya. Sekian lama ditunggu oleh pihak rumah sakit  ternyata belum juga dijemput meskipun sudah berkali-kali ditelpon.

Akhirnya pihak rumah sakit mengutus seseorang untuk membawa kakek tersebut ke rumah anaknya yang alamatnya sudah diketahui sebelumnya. Sesampainya di depan rumah anaknya, utusan rumah sakit mengetuk pintu rumah. Tidak lama anak kakek tersebut keluar dan melihat ayahnya datang. Namun apa yang dilakukannya? Ia menegur utusan rumah sakit, “Mengapa Anda datang membawa ayahku sekarang? Bukankah sudah kukatakan aku akan datang ke rumah sakit untuk menjemput ayahku?” Ia segera masuk dan keluar membawa senapan untuk berburu, sambil mengarahkan moncong senapan ke kepala utusan rumah sakit dan berkata, “Bawalah lagi ayahku ke rumah sakit, atau kalau tidak peluru ini akan menembus kepalamu!”Akhirnya si kakek terjatuh kaget dan kembali menjadi lumpuh dan tidak bisa berbicara lagi. Setiap ia melihat orang lain ia menangis dan menangis. Sampai sekarang sepertinya ia masih ada di rumah sakit.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda.

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ -ثَلَاثًا- قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: اَلْإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلَا وَقَوْلُ الزُّوْرِ، وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ، فَمَازَالَ  يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ.

Maukah aku beritahukan kepadamu dosa besar yang paling besar?” – Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tiga kali–. Kami (para Shahabat) menjawab, “Tentu, wahai Rasûlullâh.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menyekutukan Allâh dan durhaka kepada kedua orang tua.”Awalnya Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersandar kemudian duduk dan bersabda, “Serta camkanlah, juga perkataan bohong dan saksi palsu.”Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengulanginya sehingga kami berkata (dalam hati kami), “Semoga Beliau diam[1].

اثنان يعجلهما الله في الدنيا: البغي وعقوق الوالدين

“Dua hal hukumannya disegerakan yaitu kezaliman dan durhaka (kepada orang tua).”[2].

Bagaimana seorang anak akan menemui Allah dalam keadaan durhaka kepada orang tuanya? Wahai saudara-saudaraku, aku berpesan kepada kalian agar berbakti kepada kedua orang tuamu.  Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah menegaskan, bahwa ridha Allah terdapat pada ridha orang tua, dan murka Allah terdapat pada murka orang tua.

Saat Hidayah Menyapa. Penerbit : Daun Publishing
Fariq Gasim Anuz
______
[1] Shahih: HR. Al-Bukhâri, no. 2654, 5976; Muslim, no. 87; Ahmad, V/36, 38; dan at-Tirmidzi, no. 1901, 2301, 3019  dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu
[2] HR Hakim dan dimuat oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash Shahihah juz III hal 194


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3492-pintu-dari-pintu-pintu-surga.html